Fiksi Adalah Cerita Yang Dibuat Berdasarkan

Fiksi Adalah Cerita Yang Dibuat Berdasarkan

Sudah Tahu Apa Itu POV?

Kini kamu sudah semakin mengenal tentang POV baik dalam cerita fiksi maupun sebagai ungkapan media sosial. Untuk semakin memahami gaya penulisan sudut pandang dalam cerita, maka cara satu-satunya adalah membaca buku atau novel. Dari sana kamu dapat merasakan perbedaan novel yang menggunakan sudut pandang orang pertama juga yang menggunakan sudut pandang orang ketiga. Dalam novel berbahasa inggris juga kerap menggunakan POV 1 dan POV 3 untuk menuturkan ceritanya.

Apabila kamu tertarik membaca novel atau buku-buku dalam bahasa inggris, atau bahkan tertarik dengan bahasanya kamu bisa mendapatkan rekomendasi novel serta buku pembelajaran bahasa inggris di Gramedia!

Atau ingin menjadi penulis seperti Tere Liye, Dee Lestari, Ika Natassia. Kamu bisa mendapatkan jajaran novel-novel menarik dengan sudut pandang unik! berikut rekomendasinya untuk kamu!

Apa itu POV? – Istilah POV belum lama ini menjadi semakin kerap digunakan di media sosial manapun. Lalu sebenarnya apa arti POV yang dimaksudkan di media sosial ini? Simak ulasan berikut yuk!

Media sosial yang terus berkembang dengan segala teknologinya dan juga dari segi literasinya. Media sosial memang memiliki bahasa atau istilah sendiri yang populer digunakan untuk para penggunanya.

Dari sekian banyak bahasa yang digunakan di media sosial mulai dari facebook, twitter, instagram hingga Tiktok, semuanya pun dapat sekilas menjadi viral dan semakin menjamur dipakai oleh semua orang.

Salah satu istilah yang sedang sering digunakan dalam Tiktok adalah POV. Sekilas mendengar POV kita bisa paham bahwa POV ini merupakan istilah yang ada dalam film atau sebuah cerita, lantas apa maksud POV dalam Tiktok? Berikut ulasannya!

Sudut Pandang Orang Ketiga (POV 3)

Pada sudut pandang orang ketiga, penulis memposisikan dirinya seolah tahu segala hal yang terjadi pada keseluruhan cerita. Dalam POV 3 ini pada umumnya penulis menggunakan nama tokoh utama dan beberapa tokoh lainnya.

POV 3 juga dibedakan menjadi dua jenis yaitu sudut pandang orang ketiga terbatas dan serba tahu.

Dalam sudut pandang ini, penulis memang serba mengetahui apa saja yang terjadi pada tokoh di sepanjang cerita, akan tetapi penulis tidak mengetahui secara detail dan hanya berdasarkan pengamatan luar saja.

Berikut ini contoh penggalan cerita dengan sudut pandang ketiga terbatas.

Saat Natan masuk ke apartemen yang sudah dia tinggal pergi ke New York selama empat hari itu, Akbar sudah ada disana. Nonton berita bola di TV sambil makan keripik belut premium yang berhasil ia temukan, padahal seingat Natan, dia sudah menyembunyikan toples keripik itu di laci meja kerjanya di kamar.

“ Heh! Natan Sunatan!”

Rehanda Harris muncul dari balik punggung Natan, kemudian melongok ke dalam.

“Wei, Bar! Akbar Surakbar! Udah nyampe aja!” seru Rehan lagi.

Dan memang begitulah cara Akbar memanggil dua lelaki etnis Sunda itu. Dia asal memberikan rumus nama Dungung Tekudungdung pada mereka berdua. Masalahnya jadi tidak enak untuk nama Natan.

“Bantuin bawain dong Nat! Main Masuk aja!” kata Rehan lagi, menyerahkan salah satu plastik belanjaan yang dia tenteng pada Natan.

-The Case We Met, Flazia

Hampir sama dengan sudut pandang ketiga terbatas penulis serba mengetahui apa saja yang terjadi pada setiap karakternya, namun dalam konteks yang jauh lebih detail. Pada POV kali ini penulis dapat mengetahui hingga isi pikiran dan isi hati seluruh tokoh dalam cerita seolah penulis adalah dewa.

Gadis Parasayu, manajer humas di salah satu cabang Biocell Pharmacy Indonesia (BPI), mendapat posisi baru yang mengharuskannya pindah ke kantor pusat mereka di Jakarta. Sebagai manajer humas untuk produk andalan terbaru BPI yang bernama Dhemoticyl, ia dituntut untuk bisa bekerja sama dengan si selebriti BPI yang memiliki gelar The Most Eligible Bachelor in Indonesia.

Troy Mardian, manajer senior marketing Dhemoticyl, sama sekali tidak menyukai si pendatang baru itu. Ia sangat yakin karir baru Gadis ini akan berakhir seperti para manajer humas sebelumnya yang mengundurkan diri dalam waktu singkat karena tidak bisa bekerja sama dengannya.

Gadis dan Troy saling membenci sejak pandangan pertama. Di mata Gadis gaya kebule-bulean Troy yang pesolek dan song ningrat, membuat lelaki itu sangat artifisial. Belum lagi kegilaan Troy pada barang-barang designer label, serta kebiasaannya yang selalu berbicara dalam bahasa inggris, semakin membuat gadis muak pada tingkah lelaki itu.

Sedangkan bagi Troy, kegilaan Gadis pada produk fashion lokal, membuat dahinya berkerut tajam menyadari betapa tidak trendi selera wanita itu. Belum lagi kecintaan Gadis pada masakan Indonesia yang berhasil membuat perutnya mulas saat ia harus menyaksikan melahap masakan Padang di pinggir jalan memakai tangan, tanpa sendok dan garpu. Betapa tidak higienisnya hal itu!

-Love, Hate and Hocus Pocus, Karla M. Nashar

Penggunaan POV 1, POV 2 dan POV 3 ini seringkali membuat para penulis pemula bingung, sebab dalam beberapa cerita penulis terkadang menggunakan lebih dari 1 sudut pandang. Misalnya di awal cerita penulis menggunakan POV 1 untuk mengisahkan si tokoh utama, kemudian untuk menjelaskan tokoh lainnya penulis menggunakan POV 3.

Apakah boleh menggunakan lebih dari 1 sudut pandang? Tentu saja boleh, selagi cerita tetap menarik dan kamu juga dapat menerapkannya dengan sesuai. Beberapa penulis berbakat kadang menggunakan beberapa sudut pandang untuk mendapatkan ‘rasa’ dalam cerita yang dituliskannya.

Hal ini juga kadang tidak disadari para pembaca, sebab pembaca sudah masuk ke dalam kisah tersebut tanpa menghiraukan sudut pandang yang digunakan. Itu artinya cerita tersebut berhasil dalam membuat pembacanya merasakan feel yang sama dengan sang penulis cerita.

Bagaimana Caranya Memilih Sudut Pandang?

Ingin menulis ceritamu sendiri? maka saatnya kamu mulai memikirkan sudut pandang mana yang akan kamu hadirkan ke dalam ceritamu nantinya. Bagi para pemula, mungkin menentukan sudut pandang adalah hal yang sedikit rumit dan membingungkan.

Oleh karena itu kamu bisa menggunakan sudut pandang orang pertama (POV 1) untuk menceritakan kisahmu. POV 1 ini termasuk mudah diterapkan dan juga efektif untuk menarik pembaca masuk ke dalam sebuah cerita.

Sebab dalam penuturannya kamu dalam menjelaskan detail apa yang dirasakan, dilihat dan dipikirkan si tokoh utama, serta kamu tidak perlu susah payah mengamati sudut pandang orang lain karena cukup menggunakan sudut pandangmu saja.

Apabila dirasa sudah semakin mahir menuliskan cerita, maka kamu dapat mulai mencoba menggunakan POV 3 untuk memberikan pemaparan yang jauh lebih detail mengenai karakter atau tokoh lain dalam keseluruhan cerita.

Akan tetapi dibandingkan POV 1 yang dapat dengan mudah mengajak pembaca terjun dalam kisah, POV 3 ini cenderung membutuhkan usaha lebih banyak untuk mampu membuat pembaca begitu menghayati cerita layaknya penulis. Sebab, adanya banyak karakter yang memecahkan fokus pembaca.

Namun hal ini tidak menutup kemungkinan novel-novel dengan POV 3 untuk tetap menarik dan banyak digemari. Sebut saja beberapa contoh novel menarik karya Tere Liye dalam seri Bumi, Bulan, dan lainnya menggunakan POV 3 namun tetap mampu mengajak pembacanya jatuh kedalam dunia fantasi khas Tere Liye.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

Sudut Pandang Orang Pertama (POV 1)

Apa yang dimaksud dengan POV 1? Jika kamu sering membaca novel baik fiksi maupun non fiksi maka kamu tentu tidak asing menemui penggunaan sudut pandang orang pertama. POV 1 adalah cerita yang menceritakan diri sendiri atau kisah sang penulis. Pada sudut pandang orang pertama menggunakan ‘aku’ sebagai peran utama.

Sudut pandang orang pertama ini biasanya membangun perasaan seolah-seolah si pembaca mengalami hal serupa dengan tokoh utama, sebab menggunakan ‘aku’ sebagai pusat cerita.

Berikut ini contoh penggalan cerita yang menggunakan sudut pandang orang pertama.

Aku sudah merasa tenang dan aman di Wonokromo. Robert tak pernah kelihatan. Mama dan Annelies tak mengindahkannya. Walau begitu bukan berarti aku harus merasa telah menggantikan kedudukannya. Segala daya kukerahkan untuk mengesani orang luar rumah, aku bukan bandit, juga bukan maksud membandit. Dan bahwa aku hanya seorang tamu yang setiap waktu harus pergi.

Dan malam sehabis belajar ini sengaja aku tidak menulis. Ada keinginan meneruskan belajar setelah istirahat. Tak tahu aku mengapa sekarang rajin belajar. Ingin maju di sekolahan. Yang pasti bukan karena dorongan keluarga atau Annelies.

Dorongan itu juga bukan karena surat-surat Bunda yang selalu bertanya kalau-kalau diri ini di hambalang kesulitan. Suratnya yang keempat kubala, untuk menyatakan kelonggaranku, agar uang-bulananku sebaiknya untuk adik-adik.

-Bumi Manusia, Pramoedya Ananta Toer

Dari potongan cerita Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer diatas, dapat disimpulkan penulis menggunakan ‘aku’ sebagai tokoh utama yang berhasil membuat para pembacanya seolah menjadi Minke dalam sepanjang cerita.

Sudut Pandang Orang Pertama (POV 1)

Apa yang dimaksud dengan POV 1? Jika kamu sering membaca novel baik fiksi maupun non fiksi maka kamu tentu tidak asing menemui penggunaan sudut pandang orang pertama. POV 1 adalah cerita yang menceritakan diri sendiri atau kisah sang penulis. Pada sudut pandang orang pertama menggunakan ‘aku’ sebagai peran utama.

Sudut pandang orang pertama ini biasanya membangun perasaan seolah-seolah si pembaca mengalami hal serupa dengan tokoh utama, sebab menggunakan ‘aku’ sebagai pusat cerita.

Berikut ini contoh penggalan cerita yang menggunakan sudut pandang orang pertama.

Aku sudah merasa tenang dan aman di Wonokromo. Robert tak pernah kelihatan. Mama dan Annelies tak mengindahkannya. Walau begitu bukan berarti aku harus merasa telah menggantikan kedudukannya. Segala daya kukerahkan untuk mengesani orang luar rumah, aku bukan bandit, juga bukan maksud membandit. Dan bahwa aku hanya seorang tamu yang setiap waktu harus pergi.

Dan malam sehabis belajar ini sengaja aku tidak menulis. Ada keinginan meneruskan belajar setelah istirahat. Tak tahu aku mengapa sekarang rajin belajar. Ingin maju di sekolahan. Yang pasti bukan karena dorongan keluarga atau Annelies.

Dorongan itu juga bukan karena surat-surat Bunda yang selalu bertanya kalau-kalau diri ini di hambalang kesulitan. Suratnya yang keempat kubala, untuk menyatakan kelonggaranku, agar uang-bulananku sebaiknya untuk adik-adik.

-Bumi Manusia, Pramoedya Ananta Toer

Dari potongan cerita Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer diatas, dapat disimpulkan penulis menggunakan ‘aku’ sebagai tokoh utama yang berhasil membuat para pembacanya seolah menjadi Minke dalam sepanjang cerita.

Sudut Pandang Orang Ketiga (POV 3)

Pada sudut pandang orang ketiga, penulis memposisikan dirinya seolah tahu segala hal yang terjadi pada keseluruhan cerita. Dalam POV 3 ini pada umumnya penulis menggunakan nama tokoh utama dan beberapa tokoh lainnya.

POV 3 juga dibedakan menjadi dua jenis yaitu sudut pandang orang ketiga terbatas dan serba tahu.

Dalam sudut pandang ini, penulis memang serba mengetahui apa saja yang terjadi pada tokoh di sepanjang cerita, akan tetapi penulis tidak mengetahui secara detail dan hanya berdasarkan pengamatan luar saja.

Berikut ini contoh penggalan cerita dengan sudut pandang ketiga terbatas.

Saat Natan masuk ke apartemen yang sudah dia tinggal pergi ke New York selama empat hari itu, Akbar sudah ada disana. Nonton berita bola di TV sambil makan keripik belut premium yang berhasil ia temukan, padahal seingat Natan, dia sudah menyembunyikan toples keripik itu di laci meja kerjanya di kamar.

“ Heh! Natan Sunatan!”

Rehanda Harris muncul dari balik punggung Natan, kemudian melongok ke dalam.

“Wei, Bar! Akbar Surakbar! Udah nyampe aja!” seru Rehan lagi.

Dan memang begitulah cara Akbar memanggil dua lelaki etnis Sunda itu. Dia asal memberikan rumus nama Dungung Tekudungdung pada mereka berdua. Masalahnya jadi tidak enak untuk nama Natan.

“Bantuin bawain dong Nat! Main Masuk aja!” kata Rehan lagi, menyerahkan salah satu plastik belanjaan yang dia tenteng pada Natan.

-The Case We Met, Flazia

Hampir sama dengan sudut pandang ketiga terbatas penulis serba mengetahui apa saja yang terjadi pada setiap karakternya, namun dalam konteks yang jauh lebih detail. Pada POV kali ini penulis dapat mengetahui hingga isi pikiran dan isi hati seluruh tokoh dalam cerita seolah penulis adalah dewa.

Gadis Parasayu, manajer humas di salah satu cabang Biocell Pharmacy Indonesia (BPI), mendapat posisi baru yang mengharuskannya pindah ke kantor pusat mereka di Jakarta. Sebagai manajer humas untuk produk andalan terbaru BPI yang bernama Dhemoticyl, ia dituntut untuk bisa bekerja sama dengan si selebriti BPI yang memiliki gelar The Most Eligible Bachelor in Indonesia.

Troy Mardian, manajer senior marketing Dhemoticyl, sama sekali tidak menyukai si pendatang baru itu. Ia sangat yakin karir baru Gadis ini akan berakhir seperti para manajer humas sebelumnya yang mengundurkan diri dalam waktu singkat karena tidak bisa bekerja sama dengannya.

Gadis dan Troy saling membenci sejak pandangan pertama. Di mata Gadis gaya kebule-bulean Troy yang pesolek dan song ningrat, membuat lelaki itu sangat artifisial. Belum lagi kegilaan Troy pada barang-barang designer label, serta kebiasaannya yang selalu berbicara dalam bahasa inggris, semakin membuat gadis muak pada tingkah lelaki itu.

Sedangkan bagi Troy, kegilaan Gadis pada produk fashion lokal, membuat dahinya berkerut tajam menyadari betapa tidak trendi selera wanita itu. Belum lagi kecintaan Gadis pada masakan Indonesia yang berhasil membuat perutnya mulas saat ia harus menyaksikan melahap masakan Padang di pinggir jalan memakai tangan, tanpa sendok dan garpu. Betapa tidak higienisnya hal itu!

-Love, Hate and Hocus Pocus, Karla M. Nashar

Penggunaan POV 1, POV 2 dan POV 3 ini seringkali membuat para penulis pemula bingung, sebab dalam beberapa cerita penulis terkadang menggunakan lebih dari 1 sudut pandang. Misalnya di awal cerita penulis menggunakan POV 1 untuk mengisahkan si tokoh utama, kemudian untuk menjelaskan tokoh lainnya penulis menggunakan POV 3.

Apakah boleh menggunakan lebih dari 1 sudut pandang? Tentu saja boleh, selagi cerita tetap menarik dan kamu juga dapat menerapkannya dengan sesuai. Beberapa penulis berbakat kadang menggunakan beberapa sudut pandang untuk mendapatkan ‘rasa’ dalam cerita yang dituliskannya.

Hal ini juga kadang tidak disadari para pembaca, sebab pembaca sudah masuk ke dalam kisah tersebut tanpa menghiraukan sudut pandang yang digunakan. Itu artinya cerita tersebut berhasil dalam membuat pembacanya merasakan feel yang sama dengan sang penulis cerita.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

Perbedaan POV dalam Media Sosial dan Cerita Fiksi

Sekilas kamu mungkin sudah memiliki gambaran POV pada kedua media yang berbeda ini. Dalam media sosial sudut pandang biasanya dituliskan secara gamblang ‘POV’ kemudian dituliskan bersamaan dengan maksud yang diinginkan sang kreator konten tersebut.

Sedangkan dalam cerita fiksi POV dituliskan dengan menggunakan kata ganti ‘aku’, ‘kamu’ dan juga nama tokoh-tokohnya yang dituliskan sepanjang alur cerita. Kendati keduanya memiliki cara yang berbeda dalam penulisannya, akan tetapi POV secara umum memiliki tujuan yang sama yakni untuk mengajak pembaca merasakan hal yang sama dengan penulis atau si pembuat karya.

Sudut Pandang Orang Pertama (POV 1)

Sudut pandang orang pertama (POV 1) merujuk pada sudut pandang narator dalam sebuah cerita yang menggunakan kata ganti 'saya' atau 'aku' untuk merujuk pada diri sendiri sebagai peran utama. Dengan POV 1, pembaca akan mendapatkan insight yang lebih dalam tentang pemikiran, perasaan, dan pengalaman langsung dari tokoh utama cerita.

Contoh-contoh karya yang menggunakan POV 1 antara lain adalah novel "The Catcher in the Rye" karya J.D. Salinger, di mana naratornya, Holden Caulfield, mengisahkan kisahnya dengan menggunakan kata ganti 'aku' dalam menunjukkan pengalaman hidupnya. Selain itu, novel "To Kill a Mockingbird" karya Harper Lee juga menggunakan sudut pandang orang pertama untuk menggambarkan pengalaman Scout Finch dalam menjelajahi dunianya.

Dengan menggunakan sudut pandang orang pertama, karya sastra dapat memberikan pengalaman mendalam kepada pembaca tentang perasaan dan pemikiran tokoh utamanya. Sudut pandang ini juga dapat membantu pembaca untuk lebih terhubung dengan emosi dan pengalaman karakter dalam cerita.